Pendidikan Kepemimpinan

Sudah diketahui bahwa kepemimpinan dalam manajemen pendidikan terlampau dibutuhkan dalam manajemen pendidikan dikarenakan terhadap dasarnya tiap tiap instansi atau instansi pendidikan dibutuhkan sebuah figur seorang pemimpin, alsan pemiliham judul dalam artikel ini adalah untuk paham hakikat pemimpin, tipe-tipe dari pemimpin, dan faktor- aspek yang mempengaruhi efektifitas kepemimpinan dalam manajemen pendidikan. Menurut Bachtiar Surin yang dikutip oelh maman Ukas bahwa perkataan khalifah bermakna penghubung atau pemimpin yang diserahi untuk mengemukakan atau memimpin sesuatu. Dalam kegiatannya bahwa pemimpin punya kekuasaan untuk mengerahkan dan mempengaruhi bawahannya sehubungan dengan tugas-tugas yang wajib dilaksanakan. Pada langkah pertolongan tugas pemimpin wajib mengimbuhkan nada arahan dan bimbingan yang jelas, supaya bawahan dalam laksanakan tugasnya dapat dengan gampang dan hasil yang dicapai cocok dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Menurut kodrat dan juga irodatnya bahwa manusia dilahirkan untuk jadi pemimpin. Sejak Adam diciptakan sebagai manusia pertama dan diturunkan ke Bumi, Ia ditugasi sebagai Khalifah fil ardhi. Sebagaimana termaktub dalam Al Quran Surat Al Baqarah ayat 30 yang berbunyi : “Ingatlah dikala Tuhanmu berfirman kepada Malaikat”; “Sesungguhnya Aku akan mengangkat Adam jadi Khalifah di wajah Bumi”. Menurut Bachtiar Surin yang dikutif oleh Maman Ukas bahwa “Perkataan Khalifah bermakna penghubung atau pemimpin yang diserahi untuk mengemukakan atau memimpin sesuatu”.

Dari deskripsi berikut jelaslah bahwa manusia telah dikaruniai pembawaan dan sekaligus tugas sebagai seorang pemimpin. Pada jaman saat ini ini tiap tiap individu paham akan pentingnya ilmu pendidikan kepemimpinan sebagai petunjuk/alat/panduan untuk memimpin umat manusia yang semakin besar jumlahnya dan juga komplek persoalannya. Atas basic kesadaran itulah dan relevan dengan usaha proses pembelajaran yang mewajibkan kepada tiap tiap umat manusia untuk mencari ilmu. Dengan demikianlah usaha berikut tidak lepas dengan pendidikan, dan tujuan pendidikan tidak akan tercapai secara optimal tanpa terdapatnya manajemen atau pengelolaan pendidikan yang baik, yang sesudah itu dalam kesibukan manajemen pendidikan dibutuhkan terdapatnya pemimpin yang punya kapabilitas untuk jadi seorang pemimpin.

Tipe-tipe Kepemimpinan Pendidikan

Berdasarkan konsep, sifat, sikap dan cara-cara pemimpin berikut laksanakan danmengembangkan kesibukan kepemimpinan dalam lingkungan kerja yang dipimpinnya, maka kemimpinan pendidikan dapat diklasifikasikan kedalam empat tipe menurut lonelantern.org, yakni : style otoriter, style laissez-faire, style demokratis dan style pseudo demokrasi.

1.Tipe otoriter

Tipe kepemimpinan otoriter disebut terhitung style kepemimpinan “authoritarian”. Dalam kepemimpinan yang otoriter, pemimpin melakukan tindakan sebagai diktator terhadap anggota-anggota kelompoknya. Dominasi yang berlebihan gampang memunculkan oposisi atau menyebabkan pembawaan apatis, atau sifat-sifat terhadap anggota-anggota grup terhadap pemimpinnya.

2. Tipe “Laissez-faire”

Dalam style kepemimpinan ini memang pemimpin tidak mengimbuhkan kepemimpinannya, dia membebaskan bawahannya berbuat sekehendaknya. Pemimpin sama sekali tidak mengimbuhkan kontrol dan koreksi terhadap pekerjaan bawahannya. Pembagian
tugas dan kerja sama diserahkan semuanya kepada bawahannya tanpa arahan atau saransaran dari pemimpin. Tingkat keberhasilan organisasi atau instansi hanyalah disebabkan dikarenakan kesadaran dan dedikasi lebih dari satu bagian kelompok, dan bukan dikarenakan dampak dari pemimpin. Struktur organisasinya tidak paham dan kabur, segala kesibukan dilakukan tanpa
rencana dan tanpa pengawasan dari pimpinan.

3. Tipe Demokratis

Pemimpin yang bertipe demokratis menafsirkan kepemimpinannya bukan sebagai diktator, melainkan sebagai pemimpin di tengah-tengah bagian kelompoknya. Pemimpin yang demokratis tetap mengusahakan mestimulasi anggota-angotanya supaya bekerja secara
produktif untuk mencapai tujuan bersama. Dalam tindakan dan usaha-usahanya ia tetap berpangkal terhadap kepentingaan dan keperluan kelompoknya, dan memperimbangkan kesanggupan dan juga kapabilitas kelompoknya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *