3 Bahan Rancangan Pembelajaran & Asesmen Kurikulum Merdeka

Ada tiga hal yang dibutuhkan para guru untuk menyusun rancangan pembelajaran dan asesmen Kurikulum Merdeka. Ketiganya adalah struktur kurikulum, capaian pembelajaran (CP), serta prinsip pembelajaran dan asesmen.
“Jadi kalau bapak-ibu (guru) sudah memiliki tiga bahan ini Insya Allah untuk melakukan perencanaan pembelajaran dan asesmen itu akan berjalan dengan baik,” ujar Perekayasa Ahli Muda BRIN untuk spesialisasi SMK, SKS, dan Informatika, Leli Alhapip.

Leli mengatakan itu dalam Seri Webinar Implementasi Kurikulum merdeka dan Platform Merdeka Mengajar melalui siaran YouTube BBGP Provinsi Sumatera Utara, Selasa (5/7/2022).

Bahan Rancangan Pembelajaran dan Asesmen dalam Kurikulum Merdeka
Leli menambahkan, dalam struktur Kurikulum Merdeka, beban belajar siswa dibagi menjadi dua.

“Yang semula digunakan pure (murni) untuk tatap muka, saat ini dibagi dua menjadi tatap muka atau yang sering kita sebut intrakurikuler serta untuk projek penguatan profil pelajar Pancasila,” kata dia.

Dia menegaskan, jangan sampai tujuan pembelajarannya banyak, tetapi waktu pembelajaran kurang. Sehingga, waktu yang ada bisa optimal untuk materi esensial.

Kedua, aspek capaian pembelajaran diperlukan bagi guru untuk selanjutnya menyusun perangkat ajar. Oleh sebab itu, perlu diperhatikan alasan kenapa suatu mata pelajaran diajarkan, bagaimana cara memberikan materi, dan kaitannya dengan pembentukan profil pelajar Pancasila.

“Di masing-masing CP, di masing-masing mata pelajaran itu ada kontribusi apa yang bisa diberikan (terhadap pembentukan karakter profil pelajar Pancasila),” terang Leli.

Baru setelah memahami CP, guru dapat menyusun alur pembelajaran dan menyusun modul ajar.

Terakhir, dalam menyusun asesmen, Leli kembali menyebutkan beberapa langkah yang perlu dipahami. Di antaranya adalah memahami dan menganalisis capaian pembelajaran, serta merencanakan dan melaksanakan pembelajaran dan penilaian.

“Ini (implementasi Kurikulum Merdeka), bapak-ibu (guru) dapat lihat dalam Kepmendikbud nomor 56/M/2022,” tegas Leli.

Pengajaran Guru Tak Harus Melihat Usia dan Kelas, Ini Pesan Kemdikbud

Asesmen pembelajaran adalah aktivitas yang menjadi kesatuan dalam proses pembelajaran. Asesmen dilakukan untuk mencari bukti atau dasar pertimbangan guru maupun satuan pendidikan dalam ketercapaian tujuan pembelajaran bagi murid.
Kemdikbud RI melalui Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK), Dr. Iwan Syahril, Ph.D. mengatakan, asesmen awal dan pembelajaran terdiferensiasi adalah hal terpenting yang perlu segera dipelajari bersama dalam menerapkan Kurikulum Merdeka. Sebab, implementasi keduanya membantu guru dan sekolah mengenali murid secara lebih dalam.

Mengenali murid, sambungnya, juga akan sangat membantu para guru dalam membuat strategi pembelajaran yang relevan sesuai dengan tahap perkembangan murid. Ia menekankan, murid adalah fokus utama dalam implementasi Kurikulum Merdeka.

“Dengan melakukan asesmen di awal pembelajaran terutama nanti di awal tahun ajaran, bahkan guru dapat mengumpulkan dan mengolah informasi untuk dapat mengelompokkan para murid berdasarkan tingkat capaian, kesiapan, dan kemampuan,” paparnya dalam acara Sapa GTK Episode 6 pada Jumat, 1 Juli 2022 via YouTube.

Menurut Irwan, setelah melakukan asesmen awal, sekolah nantinya bisa melakukan pembelajaran atau strategi yang sesuai dengan kondisi kesiapan dan minat bakat masing-masing murid. Setelah mengetahui data dan kondisi murid, guru menjadi bisa memberikan intervensi pengajaran dengan beragam aktivitas pembelajaran sesuai dengan level pembelajaran tersebut.

“Bukan hanya melihat usia dan kelas saja. Karena itu, guru dapat mengajarkan kemampuan-kemampuan mendasar yang perlu dimiliki setiap peserta didik untuk menelusuri dan memantau perkembangan atau kemajuan murid,” tegasnya.

3 Jalur Tahap Kesiapan Implementasi Kurikulum Merdeka
Irwan mengatakan, terkait pilihan implementasi kurikulum merdeka, pihaknya telah menyiapkan jalur untuk membantu tahap kesiapan setiap satuan pendidikan.

Ia merinci, terdapat tiga jalur yang sesuai dengan kondisi dan situasi dari masing-masing satuan pendidikan, yakni:

1. Mandiri Belajar

“Pilihan mandiri belajar yang memberikan kebebasan kepada satuan pendidikan saat menerapkan kurikulum merdeka, beberapa bagian atau prinsip-prinsipnya saja tanpa mengganti kurikulum yang sedang diterapkan pada satuan PAUD, Kelas 1, Kelas VII, dan Kelas X,” terang Irwan.

2. Mandiri Berubah

Jalur kedua, Irwan menjelaskan, bisa memberikan keleluasaan kepada satuan pendidikan untuk menerapkan kurikulum merdeka dengan menggunakan perangkat ajar yang sudah disediakan pada satuan pendidikan PAUD, Kelas 1, Kelas VII, dan Kelas X,”

3. Mandiri Berbagi

Sementara yang ketiga, sekolah bisa mengembangkan sendiri perangkat ajar dalam proses penerapan kurikulum merdeka.

“Yang memberikan keleluasaan kepada satuan pendidikan dalam menerapkan kurikulum merdeka dengan mengembangkan sendiri perangkat ajar pada satuan pendidikan PAUD, Kelas 1, Kelas VII, dan Kelas X,” tutur Irwan.

Dirjen GTK mengajak kepada guru dan satuan pendidikan untuk menyiapkan ajaran baru dengan semangat belajar dan berbagi.

“Apapun kurikulum yang akan diterapkan di sekolah, dengan tulus hati, kita terus meningkatkan kompetensi diri demi memberikan layanan pembelajaran yang berkualitas dan bermakna sesuai dengan tahap perkembangan murid-murid kita,” pesan Irwan.

“Teruslah belajar, gunakan platform Merdeka Mengajar. Mari terlibat dalam komunitas belajar baik di dalam sekolah, antar sekolah, atau di organisasi-organisasi guru, dan sebagainya,” pungkasnya.

Langkah Perencanaan Pembelajaran
Dalam Sapa GTK Episode 6, Academic Manager Sekolah Bina Cita Utama Palangkaraya Indriyati Herutami, turut memaparkan langkah-langkah perencanaan pembelajaran.

Setidaknya ada empat langkah yang harus dilakukan, yakni:

– Memahami capaian pembelajaran

– Merumuskan tujuan pembelajaran

– Menyusun alur tujuan pembelajaran

– Merancang pembelajaran dan asesmen

Indriyati juga menyampaikan bahwa merancang pembelajaran dan asesmen adalah satu proses yang terpadu.

Menurutnya, merancang pembelajaran, bukan berarti hanya kegiatan pembelajarannya saja, tapi juga memikirkan bentuk asesmen akan seperti apa.

“Sebenarnya asesmen ya pembelajaran. Jadi bukan hal yang terpisah. Asesmen awal pembelajaran itu bukan sesuatu yang sifatnya harus rumit, harus tes tertulis, tapi bentuk diskusi, bentuk tanya jawab, yang bisa jadi strategi sederhana untuk asesmen formatif,” tuturnya.